Pendidikan Karakter: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Nilai, Sasaran dan Hambatan

pendidikan karakter
Pendidikan karakter dianggap sebagai sebuah hal yang penting di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semua kegiatan dalam proses kegiatan belajar mengajar di negara Indonesia saat ini harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan karakter.

Hal ini termuat dalam Naskah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh kementerian pendidikan pada tahun 2010.

Dalam naskah tersebut disampaikan bahwa pendidikan karakter menjadi salah satu unsur utama dalam pencapaian visi dan misi pembangunan nasional di Indonesia yang termasuk pada RPJP 2005 – 2025. Bukan itu saja, dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional: memasukkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan upaya dalam bidang pendidikan.

Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 

Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak

Karakter

Karakter atau watak merupakan sifat batin yang yang mempengaruhi segenap pikiran manusia, pikiran, budi pekerti serta tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup yang lainnya. Lebih lengkapnya bahwa karakter adalah nilai – nilai yang khas seseorang, baik watak, akhlak maupun kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi untuk berbagai kebijakan.

Sedangkan kebijakan – kebijakan tersebut diyakini dapat dipergunakan sebagai cara pandang dalam berpikir, bersikap, berucap dan juga bertingkah laku di dalam kehidupan sehari – hari.

Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan usaha sadar  dan terencana di dalam mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan juga pembudayaan peserta didik untuk membangun karakter pribadi yang baik untuk warga negara Indonesia.

Sehingga tercipta menjadi suatu bangsa yang tangguh, berwawasan, bermoral dan memiliki akhlak yang baik.

Dalam kamus lain, pendidikan karakter merupakan sebuah bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan mendidik yang diperuntukkan bagi generasi – generasi selanjutnya.

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri ke arah hidup yang lebih baik.

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu character education, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:

1. T. Ramli

Menurut T. Ramli, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.

2. Thomas Lickona

Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

3. John W. Santrock

Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.

4. David Elkind

Menurut Elkind, pengertian pendidikan karakter adalah suatu metode pendidikan yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mempengaruhi karakter murid. Dalam hal ini terlihat bahwa guru bukan hanya mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mampu menjadi seorang teladan.

Fungsi Pendidikan Karakter

Secara umum fungsi pendidikan ini adalah sebagai pembentuk karakter peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh, dan berperilaku baik.

Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut;

  • Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.
  • Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.
  • Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.

Character education seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.

Tujuan Pendidikan Karakter

Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun generasi bangsa yang tangguh, di mana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, dan bergotong-royong.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya.

Berikut adalah nilai-nilai pembentuk karakter tersebut:

  • Kejujuran
  • Sikap toleransi
  • Disiplin
  • Kerja keras
  • Kreatif
  • Kemandirian
  • Sikap demokratis
  • Rasa ingin tahu
  • Semangat kebangsaan
  • Cinta tanah air
  • Menghargai prestasi
  • Sikap bersahabat
  • Cinta damai
  • Gemar membaca
  • Perduli terhadap lingkungan
  • Perduli sosial
  • Rasa tanggungjawab
  • Religius

Lima Nilai Karakter Utama

Di Indonesia, gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) fokus pada lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yaitu:

1. Nilai Karakter Religius

Penerapan nilai karakter religius dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya;

  • Sikap cintai damai.
  • Sikap toleransi.
  • Menghargai perbedaan agama dan kepercayaan.
  • Berpendirian teguh.
  • Percaya diri.
  • Kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan.
  • Anti terhadap perundungan dan kekerasan.
  • Mencintai lingkungan.

2. Nilai Karakter Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap bahasa, lingkungan, sosial, budaya, dan politik bangsa.

Penerapan nilai karakter nasionalis dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya;

  • Apresiasi terhadap budaya Indoenesia.
  • Menjaga kekayaan budaya Indonesia.
  • Cinta tanah air.
  • Menghormati keberagaman budaya, suku, dan, agama.

3. Nilai Karakter Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang menjadi dasar perilaku setiap individu sehingga individu tersebut dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatan, serta berkomitmen terhadap moral dan nilai-nilai kemanusiaan.

Penerapan nilai karakter integritas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya;

  • Sikap bertanggungjawab.
  • Aktif terlibat dalam kehidupan sosial.
  • Konsisten dalam perkataan dan perbuatan yang berdasarkan kebenaran.

4. Nilai Karakter Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam kehidupannya. Dengan kata lain, individu yang mandiri akan mempergunakan pikiran, tenaga, dan waktunya untuk mewujudkan harapan dan cita-citanya.

  • Penerapan nilai karakter mandiri dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya;
  • Memiliki etos kerja yang baik.
  • Memiliki daya juang yang tinggi.
  • Tangguh dalam menghadapi tanangan.
  • Memiliki keberanian dan kreatif dalam bertindak.

5. Nilai Karakter Gotong Royong

Nilai karakter gotong-royong merupakan sikap dan perilaku yang menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu dalam menyelesaikan masalah bersama.

Penerapan nilai karakter gotong-royong dapat terlihat dalam beberapa hal, di antaranya;

  • Menghargai sesama.
  • Dapat bekerjasama.
  • Mampu berkomitmen terhadap keputusan bersama.
  • Saling tolong menoling.
  • Rasa solidaritas dan sikap kerelawanan.
  • Anti terhadap diskriminasi dan kekerasan.
  • Pentingnya Pendidikan Karakter
  • Pentingnya character education

Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter masyarakat Indonesia.

Alasan Pendidikan Karakter 

Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya; pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain sebagainya.

Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character education harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;

  • Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
  • Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
  • Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain.
  • Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam masyarakat yang majemuk.
  • Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
  • Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.
  • Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban

Realisasi Pendidikan Karakter

Untuk mewujudkan pendidikan karakter, secara umum dapat diperoleh dari pendidikan formal, pendidikan non formal maupun informal.

Untuk mewujudkan hal itu harus saling melengkapi, mempercayai dan di atur dalam peraturan undang – undang.

Dalam pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan dalam pendidikan tersebut mencangkup pada pendidikan umum, akademi, profesi, evokasi, kejujuran dan keagamaan.

Dengan pendidikan tersebut, maka peserta didik akan dibekali berbagai macam ilmu yang dapat di praktekkan langsung dalam kehidupan nyata.

Di dalam pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang diimplementasikan pada sebuah kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat pelajaran secara normatif, produktif, adaptif, muatan lokal, dan juga pengembangan diri.

Sedangkan pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah yaitu diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain: melalui kegiatan – kegiatan ektrakulikuler yang diadakan di sekolah misalnya, Pramuka, PMR, PKS, KIR, Seni, Olahraga, Keagamaan, kegiatan yang diadakan oleh pengurus OSIS, atau kegiatan positif lainnya.

Dengan kegiatan ektrakulikuler tersebut sangat menyentuh, mudah dipahami oleh peserta didik, dan dapat dilakukan siswa sebagai penyaluran minat dan bakat yang dapat dikembangkan secara terus menerus sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa.

Penjabaran Pembentuk Karakter

Berikut ini beberapa nilai pendidikan karakter dan budaya serta indikator keberhasilan sekolah dan kelas:

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya, memiliki sikap toleran terhadap pemeluk agama lain serta hidup rukun dalam bermasyarakat dengan pemeluk agama lain.

Jujur

Memiliki perilaku yang didasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya baik dalam perkataan, tindakan maupun perbuatan.

Disiplin

Sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap semua peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu agar bisa menghasilkan cara baru dari kemampuan yang dimiliki.

Mandiri

Memiliki sikap yang tidak mudah tergantung dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah atau tugas – tugas yang dihadapi.

Demokratis

Menciptakan cara untuk berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama antara hak dan kewajiban terhadap dirinya dan orang lain.

Semangat Kebangsaan

Memiliki sifat berpikir, bertindak dan berwawasan untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok lainnya.

Memang dibutuhkan langkah dan strategi yang besar untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter, karena hal itu akan berpengaruh terhadap pembangunan bangsa. Itu artinya begitu pentingnya pendidikan karakter atau pendidikan moral untuk membangun jati diri sebuah bangsa.

Sasaran Pendidikan Karakter di Sekolah

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. 

Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh siswa di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawanadministrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. 

Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Melalui program ini diharapkan lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

Hambatan Pendidikan Karakter

Ada banyak hambatan dalam implementasinya yang perlu didiskusikan bersama.

Pertama, dari pihak keluarga. 

Ruang lingkup pendidikan karakter pertama tentu harus dilaksanakan melalui kerabat. Sebagai sekolah pertama bagi anak, keluarga, dimainkan terutama oleh kedua orang tua memiliki posisi sentral dalam pengenalan anak untuk pendidikan karakter.

Namun, dalam prakteknya, hal ini tidak mudah dilakukan. pendidikan karakter terkait erat dengan nilai-nilai agama dalam masyarakat. Meskipun tipologi masyarakat Indonesia dalam memahami pendidikan karakter dibagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, menengah dan atas.

Dalam kelompok, mereka pada dasarnya tidak mengerti mengapa dan bagaimana pendidikan karakter ini. Mereka tidak repot-repot untuk mencari tahu. Hal ini karena kelompok yang lebih rendah lebih khawatir bahwa keluarga yang belum membentuk pendidikan karakter anak-anak mereka senyaman mungkin sehingga perekonomian. Dengan jenis keluarga, seperti pengenalan pendidikan karakter dalam proses keluarga internal yang tidak bekerja dengan benar.

Kedua, lingkungan

Sudal lazim diketahui bahwa lingkungan berperan besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Betapapun bagusnya sebuah keluarga dalam mengajarkan pendidikan karakter di rumah namun jika lingkungan anak tersebut tidak mendukung, sudah pasti proses ini akan gagal.

Indonesia sendiri adalah negara yang sedang berkembang. Berbagai macam informasi masuk dan dikonsumsi masyarakatnya dari yang muda hingga tua. Tentu ini bagus. Akan tetapi kemampuan menganalisa dan menyaring informasi tersebut masih belum dimiliki pelajar kita.

Dalam hal ini, informasi yang telah dikonsumsi dengan tanpa adanya kemampuan mengkritisi akan menjadi karakter bagi seorang anak yang membentuk kepribadiannya. Pada tahun 2008 lalu seorang bocah sekolah dasar meninggal setelah bermain smack down bersama temannya. Perilaku ini dipengaruhi oleh tontonan serupa di salah satu TV nasional kala itu.

Ketiga, kurikulum dan pendidik.

Dalam prakteknya di lapangan, pemerintah telah merevisi kali kurikulum nasional yang menekankan pentingnya nilai-nilai karakter yang diterapkan dalam belajar. Beberapa revisi pada soal kejujuran, agama, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan sebagainya. 

Langkah-langkah tersebut masih terlihat belum optimal mengingat toleransi keyakinan yang berbeda khususnya untuk mulai menurun di kalangan siswa sekolah menengah. (survei Wahid Institute, 2016).

Keseriusan menerapkan pendidikan guru dalam hal ini masih belum optimal. Belajar di kelas, seperti yang kita merasa plural, masih berfokus pada siswa untuk kemampuan kognitif. Orientasi pembelajaran masih sangat dipengaruhi oleh nilai rapor tidak internalisasi karakter itu sendiri. 

Celakanya lagi, dikotomi ilmu eksakta dan pendidikan mata pelajaran bahasa sosial menambahkan keruh track record selama bertahun-tahun. Setiap sekolah lebih peduli dengan rasa kebanggaan bagi siswa mereka diterima PTN favorit. 

Tentu saja ini adalah hal yang baik tetapi seharusnya tidak melupakan tujuan utama pendidikan, yang merupakan pembentukan karakter. ***

0 Response to "Pendidikan Karakter: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Nilai, Sasaran dan Hambatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel